Rabu, 05 Oktober 2011

Islam Jawa Dalam Pandangan Mark .R. Woodward

1. Pendahuluan
Dalam penulisannya, Mark R Woodward mencoba menguraikan tentang penelitiannya yang dilakukan di Yogyakarta yang masih memegang tradisi-tradisi Jawa sampai saat ini dalam ritual keagamaannya yang menjelaskan tentang Islam Jawa. Dalam hal ini ia lebih memusatkan perhatiannya kepada kesalehan normatif versus kebatinaan. Dipilihnya Jawa sebagai objek observasinya bukan tanpa alasan,karena baginya Islam Jawa merupakan suatu wilayah yang unik.Dalam menjalankan penelitiannya ia tinggal di lingkungan kraton Yogyakarta. Ia berbaur, mengamati dan mempelajari apa-apa yang dilakukan oleh masyarakat kraton dan sekitarnya serta  masyarakat Jawa  pada umumnya. Disitulah ia melihat bahwa Islam Jawa lekat dengan hal-hal yang berbau mistik. Hal ini menariknya untuk meneliti karena Islam Jawa memiliki ciri tersendiri dibandingkan dengan  Islam yang ada di Asia Selatan. Woodward melakukan penelitian studinya dengan ikut dalam khotbah jum’at dan dalam bukunya tertulis “saya biasanya mengikuti shalat jumat di masjid tersebut,tetapi terkadang mengamati tempat lain di Yogyakarta dan disekitar masjid saya juga mempelajari sebuah pesantren yang berada di sebelah selatan kota”. Kami melihat Woodward mudah berinteraksi dalam proses penelitiannya. Hal ini bisa terlihat, ia begitu mudah diterima oleh kalangan kraton dan masyarakat tempat dalam melakukan penelitiannya tersebut. Woodward seperti yang disebutkan Harus Salim mempunyai tekad untuk menambah dan melengkapi penelitian lapangan yang sudah dilakukan Clifford Geertz pada tahun 1950-an yang mencetuskan teori aliran dalam masyarakat Jawa yakni abangan, santri, dan priyayi. Hal tersebut menjadi literatur bagi para observer yang hendak melakukan studi-studi islam atas Jawa. Woodward ingin menelisik lebih spesifik akar kraton Jawa dan agama rakyat dengan berbagai kemiripan bentuk dasar dengan islam india. Seperti bangunan masjid Demak yang dikatakan sebagai masjid tertua di Jawa mengikuti pola masjid di Mappila. Serta kesamaan dalam ritual-ritual keagamaan seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, membaca Al Qur’an dan ziarah ke makam-makam keramat serta mempersembahkan hidangan ritual dalam Jawa yang dikenal dengan slametan.
Dalam bukunya Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Mark R. Woodward memberikan argumen dasarnya bahwa islam merupakan kekuatan dominan di dalam ritus-ritus dan kepercayaan-kepercayaan orang Jawa Tengah dan ia turut membentuk karakter intereksi sosial dan kehidupan sehari-hari seluruh lapisan masyarakat Jawa. Woodward menjelaskan kesalehan normatif merupakan seperangkat tingkah laku yang telah digambarkan Allah,melalui utusan-Nya Muhammad,bagi umat islam. Doktrin sucinya adalah bahwa genosis atau kesatuan dengan Allah hanya bisa dicapai melalui jalan mistik,yang umumnya dikenal sebagai sufisme.
Di Jawa dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya seperti mengadakan khitanan, perkawinan, kematian harus dilaksanakan sesuai dengan hukum islam, tetapi uga berpegang bahwa aspek lain dari kesalehan yang syari’at sentris merupakan suatu hal yang bebas pilih. Aliran kebatinan baru muncul setelah islam masuk ke Jawa, tapi tidak untuk kejawen itu sendiri sebab kejawen pada mulanya bukanlah aliran kebatinan. Kejawen merupakan agama bebas, dimana para penganutnya bebas melaksanakan ritual, bebas mendapat pengajaran, bebas menyatakan keyakinannya, dan bebas membangun candi. Namun setelah islam masuk ke Jawa, menyebarkan ajarannya, kemudian budaya kejawen menjadi tidak bebas. Apa yang dahulu bisa dinyatakan tidak lagi dapat dinyatakan sehingga akhirnya keprcayaan itu hanya tinggal di batin saja.
 2. Pendapat Mark R. Woodward
Menurut Mark R. Woordward Islam Jawa itu unik, karena konsep-konsep sufi mengenai kewalian, jalan mistik, dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kultus kraton (imperial cult). Pada gilirannya, agama negara itu merupakan suatu model konsepsi Jawa tradisional mengenai aturan sosial dalam bentuk kepribadian hati dan penyakit. Dalam hal ini aneka ragam Islam Jawa mencerminkan tradisi dalam keseluruhan. Dengan demikian Islam Jawa mengatakan tradisi intelektual dan spiritual dari dunia muslim yang paling dinamis dan kreatif. Sebagai contoh yaitu batik. Batik yang memiliki pola-pola yang masing-masing memiliki makna keagamaan atau magisnya sendiri. Batik biasanya digunakan oleh para sultan, golongan bangsawan dan pejabat pemerintah yang ditentukan dengan suatu pola tertentu dan dipakai pada acara-acara ritual. Hal ini sebelumnya merupakan masalah dengan kepentingan yang besar, tetapi sekarang aturan-aturan itu dijalankan hanya pada upacara-upacara negara yang penting saja.
Selain itu, salah satu ciri Islam Jawa yang paling mencolok adalah kecepatan dan kedalamanya mempenetrasi masyarakat Hindu-Budha yang paling maju. Hal tersebut membandingkan islam di Jawa dengan Asia Selatan. Meskipun kedua kawasan itu sama-sama mengambil warisan Hindu-Budha dan pada kedua masyarakat itu, islam sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran metafisika dan mistik sufi. Namun Asia Selatan mayoritas penduduk masih kuat pada Hindu, sebaliknya semua orang jawa sesungguhnya adalah muslim.
            Dalam buku ini, terdapat kritikan dari Paul Stange, bahwa Woodward bersandar pada sumber-sumber sekunder dan landasan etnografis yang terbatas, serta logika teoretis dan tesisnya yang dianggap “ menyesatkan “ , seperti bahwa kejawen itu muslim bukan Hindu-Budha, seperti dituduhkan banyak kalangan sarjana orientalis dan para reformis islam, dan bahwa wayang dan konsep kekuasaan telah mengalami islamisasi.
Woodward dalam melakukan studi manuskrip-manuskrip Jawa sebagai sumber dalam penelitiannya menggunakan beberapa teks yang tidak asli karena keterbatasan pemahaman nuansa syair Jawa dan dialek-dialek kraton arkaik. Ia harusnya belajar terlebih dahulu mengenai bahasa-bahasa yang digunakan Jawa sebelum melakukan studinya tersebut. Dalam menjelaskan tentang asal mula Islam di Jawa Woodward merujuk kepada karya Dale dan Ricklefs yang menyebutkan sumber-sumber cina menunjukkan bahwa adanya komunitas-komunitas muslim sudah ada di kawasan pantai utara pada dekade-dekade awal abad ke-15. Padahal jika ditelisik lebih jauh, didaerah Leran,Gresik,Jawa Timur,sebuah batu nisan kepunyaann seorang muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Temuan ini ,membuktikan bahwa islam telah merambah Jawa timur di abad ke-11. (S.Q.Fatini,Islam Comes to Malaysia and Singapura:M.S.R.I,1963.hal.39). Jauh empat abad kebelakang dari apa yang ditulis Woodward, dalam hal ini Woodward tidak cermat dalam memilih rujukan saat melakukan penelusuran sejarah Islam,woodward hanya terpaku pada data informasi yang ia punya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda