Rabu, 05 Oktober 2011

Positivisme Dalam Pandangan Auguste Comte


Tokoh dalam aliran ini adalah Auguste Comte, ia lahir pada tahun 1798 di kota Monpollier Selatan. Pada aliran ini, titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman - pengalaman objektif. Positivisme merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran empirisme yang didukung oleh para filusuf inggris, seperti locke, Berkeley, dan Hume. Empirisme menjadi sumber filosofis bagi positivisme, terutama pandangan objektivistik mereka terhadap ilmu pengetahuan. Positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman subjektif karena aliran ini mengatakan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu positif atau sains ( ilmu-ilmu yang berawal dari fakta-fakta terverifikasi dan terukur secara ketat ).
Filsafat positivistic Comte tampil dalam studinya tentang sejarah perkembangan alam fikir manusia. Matematika bukanlah sebagai ilmu, melainkan sebagai alat berfikir logic.
Dalam pandangan Comte, untuk menciptakan masyarakat baru yang serba teratur, maka diperlukan adanya upaya perbaikan jiwa atau pemikiran terlebih dahulu. Adapun perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap (law of three stages), yaitu:
1.         Tahap teologis, dalam tahap ini masyarakat percaya akan kekuatan supranatural dan agama diatas segala-galanya.
2.    Tahap metafisik, Dalam tahap ini, manusia berkeyakinan bahwa kekuatan abstrak dan bukan personifikasi Tuhan adalah sumber kekuatan fisik maupun sosial. Dengan kata lain, ketika mencoba menjelaskan berbagai peristiwa dan fenomena alam, manusia mencoba melakukan abstraksi dengan kekuatan akal budinya, sehingga diperoleh pengertian-pengertian metafisis.
3.       Tahap Positivistik, Dalam tahap ini, manusia sampai pada pengetahuan yang tidak lagi abstrak, tetapi pasti, jelas dan bermanfaat, selain itu masyarakat mempercayai pengetahuan ilmiah dan manusia berkonsentrasi pada kegiatan observasi untuk menemukan keteraturan dunia fisik maupun sosial.
Dalam hal ini  kami kurang setuju mengenai beberapa hal yaitu tentang positivisme yang hanya menitik beratkan pada kajian yang bersifat nampak, dimana hal tersebut hanya bergantung pada panca indera saja. Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan bahan kajian. Disamping itu , kami sangat setuju dengan perkembangan pemikiran manusia yang terangkum dalam law of three stages karena dari tahapan tersebut maka akan menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia akan mempu menjelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan valid.

Label:

1 Komentar:

Pada 5 Oktober 2011 pukul 17.01 , Blogger Indahnya Berbagi Kisah mengatakan...

mas ditingkatin lg y... dah bagus tuch ...

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda